Samarinda, PRANALA.CO – Ada kabar baik dari Kalimantan Timur (Kaltim). Setelah sempat melonjak saat Ramadan dan Lebaran, harga-harga mulai jinak. Inflasi pun ikut mereda. Tidak sedramatis Maret lalu, ketika angka inflasi sempat tembus 2 persen kurun sebulan.
Kini, catatan Bank Indonesia menunjukkan: inflasi Kaltim pada April 2025 hanya 0,90 persen. Jauh lebih santai dibandingkan Maret yang 2,02 persen. Kalau ditarik garis setahun penuh, inflasi kita baru 1,57 persen. Itu lebih rendah dari angka nasional yang 1,95 persen.
Pendek kata, dompet warga Kaltim sedikit lebih lega dibandingkan rata-rata orang Indonesia bulan lalu.
Tapi jangan buru-buru senang. Di balik angka yang jinak itu, ada pos pengeluaran yang tetap bikin kening berkerut. Listrik. Tarifnya naik karena diskon yang sempat berlaku Januari–Februari sudah habis. Mau tak mau, kelompok pengeluaran “perumahan, listrik, air, dan bahan bakar rumah tangga” jadi penyumbang inflasi terbesar bulan lalu: 0,79 persen.
Belum lagi urusan perut. Curah hujan yang tinggi menurunkan pasokan sayur dan ikan. Harga kangkung, bayam, tomat, tongkol, dan daging ayam ikut terkerek. Untung saja, penurunan harga tiket pesawat, cabai rawit, udang basah, bensin, dan tarif pulsa ponsel sedikit menyeimbangkan keadaan. Kalau tidak, inflasi April bisa saja lebih tinggi.
Kepala BI Kaltim, Budi Widihartanto, tampaknya paham benar tantangan di depan mata. Bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), mereka terus menggeber berbagai program jaga pasokan dan harga pangan.
Mulai dari Gerakan Pangan Murah (GPM), bantuan alat pertanian modern (agriculture drone, combine harvester), hingga kios pengendali inflasi yang sudah diresmikan pertama kali di Kutai Kartanegara.
Komunikasi antar-TPID se-Kaltim juga makin rapat. Mereka melibatkan ulama dalam program “Ulama Peduli Inflasi” untuk mengedukasi warga soal belanja bijak dan diversifikasi pangan. Semua demi satu tujuan: harga tetap terjangkau, ketahanan pangan kuat, petani sejahtera.
“Ke depan, kami akan terus sinergi dan memperkuat program 4K: keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif. Kami juga dorong investasi sektor swasta agar ekonomi Kaltim tetap tumbuh tinggi, inflasi rendah, stabil,” ujar Budi optimistis. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami
Tidak ada komentar