Bontang, PRANALA.CO – Langit Bontang, Kaltim belum terlalu tinggi. Jam baru menunjukkan pukul 08.30 WITA, Kamis (24/4/2025). Tapi di balik jeruji besi Rumah Tahanan Polres Bontang, suasananya sudah hangat—bukan karena sinar matahari, tapi karena tawa dan gerakan serempak para tahanan yang sedang olahraga.
Di bawah pengawasan Bripda Bayu Eka, dan dua rekannya, Bripda Ronald dan Bripda Rendy, para tahanan menggoyangkan badan. Seperti sedang melupakan sejenak beban perkara dan dakwaan.
Tidak ada borgol. Tidak ada stigma. Hanya manusia, berkeringat bersama, seperti sedang mengulang pelajaran hidup dari awal: bahwa tubuh perlu dijaga, meski jiwa sedang dalam tahanan.
Setelah keringat mengalir, tiba saatnya mereka duduk bersila. Masuk ke sesi berikutnya: pembinaan rohani dan mental. Tak ada ceramah panjang. Hanya pengingat pelan bahwa hidup tidak berhenti di balik dinding sel. Bahwa orang bisa jatuh, tapi tidak harus tinggal di bawah.
Ipda Samuri, Kasat Tahti Polres Bontang, tidak datang membawa hukuman. Ia datang membawa harapan. “Kami ingin mereka keluar dari sini bukan cuma sehat jasmani, tapi juga kuat jiwanya,” katanya sambil tersenyum tipis. Senyum yang seperti tahu, bahwa tidak semua yang di penjara pantas dikubur harapannya.
Tahanan-tahanan itu tidak disuruh menghafal pasal. Tidak juga diinterogasi lagi. Mereka hanya diajak merenung. Diberi ruang untuk menyadari bahwa yang sudah terjadi, biarlah jadi pelajaran. Yang belum terjadi, masih bisa diperjuangkan.
Di luar, dunia mungkin belum bisa sepenuhnya memaafkan mereka. Tapi di dalam, pagi itu, mereka sudah mulai memaafkan diri sendiri. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami
Discussion about this post