Pranala.co, MANCHESTER – Akhirnya, ada juga yang bisa membuat Old Trafford tersenyum lagi. Di tengah musim yang suram, Manchester United menemukan secercah harapan baru. Bukan dari penyerang mahal. Bukan dari gelandang bintang. Tapi dari sosok yang datang tanpa banyak sorotan: Senne Lammens, kiper muda asal Belgia yang baru berusia 23 tahun.
Sabtu (4/10) malam, Lammens menjalani debutnya di Liga Primer melawan Sunderland. Tidak hanya bermain tenang, ia juga berhasil mencatat clean sheet pertama United musim ini. Hasilnya? Old Trafford pun meledak dalam nyanyian.
“Are you Schmeichel in disguise?”
(Apakah kau Schmeichel yang menyamar?)
Nyanyian penuh canda itu menggema dari tribun Stretford End — tanda cinta sekaligus harapan besar.
Musim ini tidak mudah bagi manajer Ruben Amorim. Kritik datang bertubi-tubi. Pertahanan dianggap rapuh, penjaga gawang sering jadi sorotan. Tapi malam itu, Old Trafford seperti menemukan oase.
Lammens tampil tenang, penuh percaya diri. Setiap tangkapannya disambut sorak-sorai penonton. Bahkan saat ia hanya menangkap bola biasa, penonton bertepuk tangan panjang. Betapa rendahnya ekspektasi mereka selama ini — dan betapa cepatnya Lammens merebut hati mereka.
Dua Wajah di Balik Debut
Tentu, tidak semua berjalan sempurna. Lammens memperlihatkan dua sisi permainannya: solid, tapi juga berani mengambil risiko.
Dua penyelamatannya menjadi sorotan. Ia dengan refleks cepat menepis tendangan jarak jauh Granit Xhaka, lalu menggagalkan peluang emas Chemsdine Talbi dengan kakinya. Tapi ada juga momen nekat: ketika ia terlalu maju keluar kotak penalti, nyaris membuat blunder. Untung, wasit menilai Bertrand Traore melakukan diving.
Kesalahan kecil, tapi menjadi pengingat: Premier League bukan tempat untuk kiper yang ceroboh. Apalagi, di depan mata sudah menanti laga berat melawan Liverpool dan Brighton.
Mengapa Baru Sekarang?
Banyak yang bertanya-tanya: kenapa Amorim baru memainkan Lammens setelah empat pertandingan?
Jawabannya sederhana, tapi logis. Amorim ingin sang kiper benar-benar siap — bukan hanya secara teknik, tapi juga mental.
“Tekanan terhadap penjaga gawang di klub ini luar biasa besar,” kata Amorim. “Kami ingin dia beradaptasi dulu, memahami gaya latihan dan tekanan media sebelum tampil.”
Keputusan itu terbukti tepat. Lammens tampil matang, tanpa terlihat gugup sedikit pun. Pandit Leon Osman pun memuji langkah Amorim sebagai keputusan yang “cerdas dan penuh perhitungan.”
Namun Amorim tak mau euforia berlebihan. Setelah pertandingan, ia langsung memberi peringatan keras.
“Ini baru satu pertandingan,” tegasnya.
“Dia harus tetap bekerja keras. Di klub ini, semua bisa berubah dengan sangat cepat.”
Lammens tahu, Old Trafford bisa menjadi tempat yang memuliakan sekaligus menelan karier seorang kiper. Tapi jika debut ini adalah awal dari sesuatu yang besar, maka Manchester United mungkin baru saja menemukan penjaga gawang masa depannya.
Dan malam itu, ketika lagu “Schmeichel” bergema di langit Manchester, harapan lama yang sempat pudar terasa hidup kembali. (GOAL/DIAS)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami








