BALIKPAPAN – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Balikpapan memprediksi bahwa puncak musim kemarau di wilayah Kalimantan Timur (Kaltim) akan terjadi pada September 2024. Kondisi ini diperkirakan akan menyebabkan suhu udara di Kaltim mencapai titik maksimal, dengan potensi suhu ekstrem hingga 35 derajat Celsius.
Menurut Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Kukuh Ribudiyanto, suhu rata-rata di Kaltim selama musim kemarau biasanya berkisar antara 32 hingga 34 derajat Celsius. Namun, ada kemungkinan suhu akan meningkat hingga 35 derajat Celsius di beberapa daerah seperti Samarinda dan Balikpapan.
Perbandingan dengan Daerah Lain Meski suhu di Kaltim cukup tinggi, Kukuh menjelaskan bahwa suhu di wilayah ini masih lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain seperti Jawa dan Nusa Tenggara Timur, yang dapat mencapai 37 hingga 38 derajat Celsius. Hal ini disebabkan oleh tutupan awan yang lebih tebal di Kaltim, yang membantu menurunkan suhu udara.
“Kondisi tutupan awan di Kaltim cukup tebal, sehingga suhu di sini cenderung lebih rendah dibandingkan daerah lain yang minim awan,” ujar Kukuh saat berbicara dalam dialog “Waspada Musim Kemarau” di Balikpapan, Kamis (19/9/2024).
Dengan kondisi cuaca yang kering dan panas selama musim kemarau, potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kaltim sangat tinggi. BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan secara sembarangan. Tindakan ini dapat memicu terjadinya karhutla yang berpotensi merugikan lingkungan dan kesehatan.
“Potensi karhutla di musim kemarau seperti ini sangat tinggi, terutama jika masyarakat tidak berhati-hati. Kami mengimbau agar tidak ada pembakaran lahan, karena dapat memicu kebakaran besar,” tegas Kukuh.
BMKG juga memprediksi bahwa musim hujan di Kalimantan Timur akan dimulai pada awal Oktober 2024. Pada akhir September hingga awal Oktober, wilayah ini akan mengalami masa transisi, dengan potensi hujan lokal yang masih cukup tinggi.
“Meskipun puncak musim kemarau terjadi pada September, potensi hujan lokal masih ada, terutama di masa transisi menuju musim hujan pada awal Oktober,” lanjut Kukuh.
BMKG secara rutin memberikan informasi cuaca terkini untuk membantu masyarakat mempersiapkan diri menghadapi kondisi ekstrem selama musim kemarau. Informasi ini sangat penting, terutama bagi komunitas kebencanaan dan kesehatan, untuk mengantisipasi dampak buruk yang mungkin terjadi.
Kondisi cuaca yang ekstrem selama musim kemarau dapat berdampak pada kesehatan, seperti dehidrasi dan penyakit terkait panas. Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan, dengan minum cukup air dan menghindari aktivitas berat di luar ruangan selama siang hari. (*)
*) Ikuti berita terbaru PRANALA.co di Google News ketuk link ini dan jangan lupa difollow
Discussion about this post