pranala.co – Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Paser Acmad Safari menilai salah satu penyebab banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kota Tanah Grogot disebabkan kurangnya ruang terbuka hijau (RTH). Sehingga keberadaan RTH ini sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya banjir.
“Perkotaan ini perlu RTH lebih banyak lagi, agar penyerapan air hujan masuk ke tanah lebih banyak. Diperlukan penanaman pohon di area perkotaan,” kata Safari, Senin.
Ia mengatakan penyebab lainnya, karena kondisi drainase kurang berfungsi sehingga tidak bisa menahan debit air. Sehingga perlu adanya normalisasi drainase yang sudah ada.
Safari menjelaskan, banjir yang terjadi pada Jumat (22/4/2022) lalu, tidak menggenangi semua wilayah perkotaan Tanah Grogot. Banjir terjadi hanya pada lokasi-lokasi tertentu.
Berdasarkan hasil peninjauan DLH Paser di lapangan, beberapa lokasi yang terendam banjir cukup parah di antaranya di Jalan Sultan Khaliludin atau kawasan Rawasari dan di Kawasan Balai Benih Jalan Piere Tandean hingga Desa Jone dan Desa Senaken.
Menurutnya, kawasan yang terendam banjir parah tersebut memiliki kemiripan yakni tidak adanya lahan terbuka yang cukup besar, atau minimnya jumlah pepohonan, yang diharapkan bisa menyerap air hujan ke tanah lebih cepat. Selain itu juga faktor padatnya pemukiman.
“Mengapa air hujan tidak bisa masuk dengan cepat ke dalam tanah. Bagaimana air terserap di dalam tanah, berarti perlu tanaman-tanaman untuk menyerap dan menampung air dalam jumlah banyak di kawasan terbuka hijau,” ujar Safari.
Lanjutnya, boleh jadi memang kenapa air tidak mengalir ke sungai berarti drainasenya. Kemudian kenapa anak sungai Seratai, dan Semumun, tidak bisa menampung air dalam jumlah banyak, padahal di sungai Kandilo tidak banjir. Aman-aman saja.
Banjir yang melanda beberapa wilayah di Kota Tanah Grogot, hal itu terlepas dari curah hujan yang sangat tinggi, Safari menilai perlu ditelaah dan dikaji lebih mendalam apakah ada faktor teknis yang mengakibatkan air tidak terserap optimal oleh tanah, seperti aliran air hujan tak mengalir lancar ke sungai.
“Saran dari teman dari pakar lingkungan, perlu dicek data dukung lingkungannya, kondisi sempadan, dan mungkin ada sumbatan-sumbatan akibat sampah yang sampai saat ini masih menjadi problematika perkotaan,” ujar Safari. (idn)
Discussion about this post