pranala.co – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menyatakan telah menutup 40 kantor cabang hingga paruh pertama 2022. Langkah ini diambil Bank pelat merah tersebut sebagai bagian dari upaya efisiensi dalam menjalankan operasional perbankan.
Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi mengatakan perusahaan akan mengimplementasikan smart branch guna akomodasi kebutuhan layanan digital perbankan.
“Sampai dengan semester I 2022, sekitar 40 cabang yang kami tutup. Ini akan berlanjut, bukan soal berapa yang akan ditutup tapi seberapa besar kebutuhan nasabah yang akan datang ke cabang,” kata Darmawan, dikutip, Sabtu (30/7/2022).
Namun ia mengungkapkan inisiatif smart branch saat ini belum didesain untuk mengurangi jumlah kantor cabang secara drastis.
Sementara perseroan mencermati tingginya transaksi yang menggunakan channel digital milik Bank Mandiri. Sehingga perseroan juga terus melakukan kajian apakah diperlukan langkah yang lebih signifikan, termasuk menjadi bank digital ke depannya.
” Sekarang posisinya kami terus mengkaji, apakah kami perlu untuk melakukan spin off. Tapi sampai dengan saat ini kami akan lebih mengoptimalkan efektivitas engine business kami, inisiatif smart branch. Besok kita akan launching sekitar 241 smart brancess,” imbuhnya.
Rencananya, Mandiri Smart Branch akan hadir dalam tiga tipe kantor cabang, antara lain Digital Box, Hybrid Branch, dan Upgrade Branch.
Digital Box akan hadir untuk nasabah yang membutuhkan layanan perbankan secara cepat dan praktis serta ditempatkan di pusat aktivitas masyarakat.
Adapun, tipe Hybrid Branch dapat dimanfaatkan oleh nasabah yang membutuhkan layanan perbankan secara kompleks, tetapi terdigitalisasi.
Sementara Upgrade Branch hadir bagi nasabah yang membutuhkan layanan perbankan, namun masih belum siap dengan perubahan digitalisasi.
Sebelumnya, Bank Mandiri mengumumkan kinerja perseroan untuk periode yang berakhir pada Juni 2022. Pada periode tersebut, perseroan mengantongi laba bersih sebesar Rp20,2 triliun, tumbuh 61,7 persen secara tahunan.
Pada periode tersebut, perseroan dapat mencatatkan pertumbuhan kredit di atas pertumbuhan industri yang sebesar 10,7 persen yoy.
Darmawan menuturkan realisasi pertumbuhan kredit Bank Mandiri secara konsolidasi per kuartal II 2022 menembus Rp 1.138,31 triliun atau tumbuh 12,22 persen. Lewat pencapaian tersebut Bank Mandiri juga menjadi bank dengan penyaluran kredit terbesar di Indonesia.
” Perbaikan kinerja Bank Mandiri selaras dengan kondisi perekonomian nasional yang masih bertumbuh. Hal ini juga mengindikasikan bahwa perekonomian Indonesia masih relatif stabil meski diterpa oleh ketidakpastian global,” ujarnya.
Adapun dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri hingga Juni 2022 mencapai Rp 1.318,42 triliun, tumbuh 12,76 persen yoy. Pencapaian tersebut juga menjadikan Bank Mandiri dengan total DPK terbesar di industri perbankan Indonesia.
” Bank Mandiri mencatatkan kinerja keuangan progresif sampai kuartal II dan berhasil menjadi grup keuangan terbesar yang memberikan kontribusi besar terhadap ekonomi, antara lain terlihat dari pertumbuhan laba bersih konsolidasi sebesar 61.66 persen yoy, rasio kredit macet yang turun menjadi 2,47 persen, serta rasio imbal hasil terhadap ekuitas atau return on equity (ROE) sebesar 23 persen,” beber Darmawan.
Performa kredit Bank Mandiri pun diikuti oleh kualitas aset yang terjaga. Darmawan menjelaskan, Bank Mandiri secara konsisten berhasil menjaga perbaikan lewat monitoring serta manajemen risiko yang ketat.
Hasilnya, hingga pertengahan 2022 posisi rasio non performing loan (NPL) Bank Mandiri (bank only) turun menjadi 2,47 persen. Tidak hanya itu, berkat optimalisasi kualitas aset serta efisiensi, biaya kredit atau cost of credit (CoC) Bank Mandiri pun berhasil ditekan menjadi 1,27 persen pada semester I 2022. **
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post