WALI KOTA Bontang, Neni Moerniaeni terus mengingatkan bahwa pandemi COVID-19 di Kota Bontang belum berakhir. Dia pun meminta masyarakat dinyatakan selesai pemantauan dari status monitoring, Orang Tanpa Gejala (OTG), Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) maupun terkonfirmasi harus tetap physical distansing, menjaga jarak, menghindari kerumunan, belajar, bekerja dan beribadah dari rumah serta disiplin menerapkan PHBS.
Lalu, lanjut Neni di Bontang sendiri telah dilakukan pemeriksaan swab terhadap 8 orang eks Ijtima Ulama berstatus 1 PDP, 2 ODP, 5 OTG dan saat ini sedang menunggu hasil. Jika ditotal saat ini Bontang masih menunggu hasil laboratorium dari BBLK sebanyak dari 16 orang. “Ada 16 orang hasilnya belum datang. Mudahan semuanya negatif,” ujar Neni dalam siaran persnya kepada Pranala.co, Rabu (15/4).
Hingga saat ini, Tim Gugus, lanjut Neni sudah mendata 29 orang eks jemaah Ijtima Ulama, Gowa, Sulawesi Selatan. Semuanya elah dilakukan tracing oleh petugas surveilans. Dari 29 orang itu, Neni berujar 17 orang diantaranya telah melewati masa monitoring dan kondisinya baik. Lalu 1 orang berstatus PDP yang kini dirawat di RSUD Taman Husada Bontang. 3 Orang status ODP, semuanya isolasi mandiri, 8 orang status OTG, 6 orang isolasi mandiri.
“Nah, dua orang lagi kami isolasi di RSUD karena hasil pemeriksaan rapid COVID-19 yang dilakukan pada Selasa 14 April 2020 menunjukkan hasil positif (reaktif Immunoglobulin G/IgG),” beber Neni.
Selepas itu, lanjut Neni 18 orang dilakukan rapid test. Hasilnya 1 orang PDP dinyatakan positif, 2 orang OTG rapid tes positif, 15 orang hasil rapid tes negatif. “Jadi 2 OTG positif dan 1 PDP positif. Ada tiga positif. Tapi ini hasil rapid test. Tidak bisa jadi acuan untuk menentukan mereka terkonfirmasi positif,” jelas Neni.
Mengulik data Gugus Percepatan Covid-19 Bontang, Rabu (15/4) per pukul 14.00 Wita, status monitoring masih terus bertambah. Penambahan dalam 1 hari tercatat 55 orang. Belum semua masyarakat yang baru datang melapor ke PSC Call Centre. U
“Jadi kami imbau agar semua masyarakat yang baru datang di Bontang wajib melapor ke PSC Call centre lewat telelon/ WA 0811-5407-119 atau link https://bit.ly/covidbontang, jadi tidak perlu datang,” ajak Neni.
Rapid Tes COVID-19 alias tes cepat ini sendiri dilaksanakan berbasis penelusuran kontak pasien dan tidak diarahkan untuk menegakkan diagnosis. Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi dalam tubuh, sementara itu antibodi dalam tubuh baru terbentuk 6 sampai 7 hari.
“Jadi, jika infeksi COVID-19 pada tubuh seseorang belum 6 atau 7 hari maka hasilnya akan negatif dan perlu diulang,” tambahnya.
Jika hasilnya negatif dan tanpa keluhan, orang tersebut tetap menjalankan protokol kesehatan dengan menjaga jarak, menggunakan masker dan PHBS. Jika hasil tesnya negatif namun kemudian mengalami gejala, maka ia akan disarankan untuk akses pelayanan kesehatan dan mendapatkan perlakukan sesuai kondisi.
Jika hasil rapid tes COVID-19 positif maka ini adalah petunjuk awal, tuntunan bagi petugas untuk melakukan pemeriksaan antigen dengan menggunakan metode swab atau Polymerase Chain Reaction (PCR). Serta dasar menegakkan diagnosis atau konfirmasi kasus COVID-19.
Diagnosis hanya bisa ditegakkan dengan menggunakan metode PCR. Bontang mengirim spesimen ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya, Jawa Timur. Dengan demikian terbitnya hasil rapid tes positif tidak mengubah serta merta status seseorang dari OTG menjadi Konfirm Positif.
“Karena metode tes adalah mendeteksi antibodi dalam tubuh, ada istilah positif palsu (False positive ) dan negatif palsu (False negative). Positif palsu (False positive ) artinya hasil tes positif namun tidak tepat menunjukkan adanya infeksi virus corona, kemungkinan ada infeksi virus lain.
Negatif palsu (False negative) artinya hasil tes tidak menunjukkan adanya reaksi antibodi, padahal virus sudah masuk dalam tubuh. Hal ini bisa terjadi karena antibodi baru muncul setelah 6-7 hari setelah terjadinya infeksi virus.
False positive dan False negative patut dipertimbangkan untuk deteksi antibodi karena validitasnya (sensitivitas dan spesifitas diagnostik yang bervariasi) sehingga menyulitkan interpretasi. Hal ini juga terjadi pada PDP Bontang, rapid tes yang dilakukan pertama pada 29 Maret 2020 hasil negatif, sehingga diulang pada tanggal 14 April 2020 hasil positif. (*)
Discussion about this post